Sahabat Baik (Kekuatan Persahabatan)


Jauh sebelum ada cerita ini, orang-orang di Asia terbiasa mengatakan bahwa tidak akan pernah ada waktu dimana seekor gajah dan seekor anjing menjadi sahabat. Gajah sama sekali tidak menyukai anjing dan anjing takut kepada gajah.

Saat anjing ketakutan terhadap sesuatu yang lebih besar darinya, mereka sering mengonggong sangat keras untuk menutupi rasa takut. Anjing terbiasa melakukannya saat mereka melihat gajah, gajah akan merasa terganggu dan mengejar mereka. Gajah menjadi tidak sabar sama sekali jika anjing datang. Bahkan jika seekor anjing diam dan tidak bergerak, gajah di dekat mana pun akan otomatis menyerangnya. Inilah sebabnya mengapa setiap orang setuju bahwa gajah dan anjing adalah musuh alami, sama seperti singa dan macan atau kucing dan tikus.

Suatu hari, ada seekor gajah jantan kerajaan yang sangat sehat dan terawat. Di lingkungan kandang gajah terdapat seekor anjing kurus kering, kelaparan dan liar. Ia tertarik dengan wangi nasi yang lezat dari makanan gajah kerajaan. Jadi ia mulai menyelinap masuk ke kandang dan memakan nasi lezat yang jatuh dari mulut gajah. Ia sangat menyukainya, sehingga mulai saat itu anjing tidak akan makan di tempat lain. Saat menikmati makanannya, gajah yang besar dan kuat tidak mengetahui kehadiran anjing kecil, liar dan pemalu.

Setelah memakan banyak makanan, anjing yang makan dari sisa makanan menjadi besar dan kuat juga sangat tampan. Gajah yang baik mulai memperhatikannya. Karena anjing itu sudah terbiasa berada di sekitar gajah, ia kehilangan rasa takutnya. Sehingga ia tidak mengonggong. Karena gajah tidak terganggu dengan anjing yang bersahabat itu, gajah perlahan-lahan menjadi terbiasa dengannya.

Lambat laun mereka menjadi lebih ramah dan lebih ramah satu sama lain. Tak lama kemudian, tak satu pun akan makan tanpa yang lainnya, dan mereka menikmati kebersamaan mereka. Ketika mereka bermain, si anjing akan menangkap belalai gajah, dan gajah akan mengayunkannya ke depan dan ke belakang, dari samping ke samping, ke atas dan ke bawah, dan bahkan memutar. Sehingga mereka menjadi “sahabat baik”, dan tidak pernah mau dipisahkan.

Kemudian suatu hari, seorang laki-laki dari desa terpencil yang mengunjungi kota, melewati kandang gajah. Dia melihat anjing lincah, yang menjadi kuat dan tampan. Dia membeli anjing dari penjaga (mahout), walaupun si penjaga sesungguhnya bukan si pemilik anjing. Dia membawa anjing itu ke rumahnya di desa, tanpa seorang pun tahu keberadaannya.

Tentu saja, gajah jantan kerajaan menjadi sangat sedih ketika dia kehilangan teman baiknya, anjing. Dia menjadi sangat sedih sampai dia tidak mau melakukan apa pun, tidak juga makan, minum atau mandi. Jadi penjaga melaporkannya ke raja, walaupun dia tidak mengatakan apa pun tentang penjualan anjing.

Hal ini terjadi saat raja mempunyai menteri yang pandai dan mengerti binatang. Untuk itu Raja memerintahkan menteri untuk pergi dan mencari tahu penyebab dari kondisi si gajah.

Menteri  yang bijaksana pergi ke kandang gajah. Dia melihat sesekali gajah jantan kerajaan sangat sedih. Dia berpikir, “Gajah ini sepertinya tidak sakit. Tetapi aku pernah melihat kondisi ini sebelumnya, sama seperti pada manusia dan binatang. Kesedihan gajah ini mungkin disebabkan oleh kehilangan sahabat dekatnya.”

Kemudian menteri berkata kepada pengawal dan pengunjung, “Aku tidak menemukan penyakit. Ia terlihat amat sedih karena kehilangan seorang sahabat. Apakah kamu tahu jika gajah ini mempunyai persahabatan yang sangat dekat dengan sesuatu?”

Mereka memberi tahu menteri betapa gajah kerajaan dan anjing liar adalah teman baik. “Apa yang terjadi dengan anjing liar ini?” tanya menteri. “Ia telah dibawa pergi oleh seseorang yang tidak dikenal,” jawab mereka, “dan kami tidak mengetahui di mana dia sekarang.”

Kemudian menteri kembali menemui raja dan berkata “Raja, aku sangat senang mengatakan bahwa gajah Anda tidak sakit. Mungkin terdengarnya aneh, gajah itu menjadi sahabat baik anjing liar! Sejak anjing itu telah dibawa pergi, gajah Anda sangat sedih dan tidak merasa ingin makan, minum atau mandi. Ini adalah pendapatku.”

Raja berkata, “Persahabatan adalah satu hal yang paling indah dalam kehidupan. Menteriku, bagaimana kita bisa membawa kembali sahabat gajahku dan membuatnya bahagia lagi?”

“Raja,” jawab menteri “Aku menyarankan Anda membuat pengumuman resmi, barang siapa mempunyai anjing yang pernah tinggal di kandang gajah kerajaan, akan diampuni.”

Hal ini dilakukan raja, dan ketika warga desa itu mendengarnya, dia melepaskan anjing itu dari rumahnya. Anjing sangat bahagia dan lari secepat mungkin, kembali ke sahabat baiknya, gajah jantan kerajaan.

Gajah sangat senang, dia mengangkat sahabatnya dengan belalainya dan mendudukannya di atas kepalanya. Anjing yang bahagia itu mengibas-ibaskan ekornya, sedangkan mata gajah berbinar-binar gembira. Mereka berdua hidup bahagia selamanya.

Sementara itu, Raja sangat senang gajahnya telah kembali baik. Raja kagum dengan menterinya yang nampaknya mampu membaca pikiran seekor gajah. Jadi dia memberikan hadiah yang sesuai.

Pesan moral: Bahkan ‘Musuh alami’ pun dapat menjadi sahabat baik.

Diterjemahkan oleh Novita Hianto, editor Selfy Parkit.

Sumber: Prince Goodspeaker – Buddhist Tales for Young and Old Volume 1, Stories 1-50

Ikan Yang Beruntung ( Nafsu Keinginan )


Pada suatu ketika, Raja Brahmadatta memiliki seorang penasihat yang sangat bijaksana yang memiliki kemampuan berbicara dengan para binatang. Ia mengerti apa yang mereka ucapkan dan ia dapat berbicara kepada mereka dengan menggunakan bahasa mereka.

Suatu hari si penasihat sedang berjalan-jalan di sepanjang pinggir sungai dengan para pengikutnya. Mereka menghampiri beberapa nelayan yang melemparkan jaring besar ke dalam sungai. Ketika mengamati dengan seksama ke dalam air, mereka memperhatikan seekor ikan tampan besar sedang mengikuti istrinya yang cantik.

Seraya para nelayan mengirimkannya peluncur ke dalam air, sisiknya yang berkilauan memantulkan cahaya matahari pagi dalam semua warna pelangi. Siripnya mengipas-ngipas seperti sayap-sayap lembut sang peri. Jelas bahwa suaminya begitu terpesona oleh paras dan caranya bergerak, hal itu membuat ia tidak memperhatikan hal lainnya!

Ketika mereka datang mendekati jaring itu, istri si ikan mencium baunya. Kemudian ia melihatnya dan dengan waspada menghindarinya pada saat momen terakhir. Tetapi suaminya sangat dibutakan oleh nafsu keinginannya terhadap si istri, ia tidak dapat memutar arahnya cukup cepat. Malahan, ia berenang menuju ke dalam jaring dan telah terperangkap!

Para nelayan menarik jaring mereka dan melemparkan ikan besar tersebut ke tepi pantai. Mereka menyalakan api dan memahat sebuah tempat panggangan untuk memanggangnya.

Terbaring di atas tanah, ikan itu menggelepar-gelepar dan mengerang kesakitan. Karena si penasihat yang bijaksana itu mengerti bahasa ikan, ia menerjemahkan kepada pengikutnya. Ia berkata, “Ikan malang ini dengan gilanya selalu mengulang kata-kata:

“istriku! Istriku! Aku harus bersama istriku!

Aku jauh lebih peduli kepadanya daripada hidupku sendiri

 

“istriku! Istriku! Aku harus bersama istriku!

Aku jauh lebih peduli kepadanya daripada hidupku sendiri

 

Si penasihat berpikir, “Sungguh ikan ini telah menjadi gila. Ia berada di dalam situasi yang mengerikan ini karena ia telah menjadi budak bagi nafsunya sendiri. Dan hal ini jelas bahwa ia belum belajar apa pun dari hasil-hasil tindakannya. Jika ia meninggal dalam kondisi kesakitan semacam itu, dan nafsu keinginan yang menjadi penyebabnya – di dalam pikirannya, ia pasti akan terus menderita dengan terlahir kembali di beberapa alam neraka. Oleh karena itu aku harus menyelamatkannya!”

Kemudian si laki-laki yang baik ini menghampiri para nelayan itu dan berkata, “Oh kawanku, rakyat yang setia bagi raja, kalian belum pernah memberikanku beserta para pengikutku seekor ikan pun untuk kari kami. Maukah kalian memberikan seekor kepada kami hari ini?”

Mereka menjawab, “Oh menteri, silahkan terimalah dari kami ikan mana pun yang anda inginkan!” “Ikan yang besar di tepi sungai nampaknya nikmat,” ucap si penasihat. “Silahkan membawanya, Tuan.” Jawab mereka.

Kemudian si penasihat duduk di tepi pantai. ia mengambil ikan itu – yang masih tetap mengeram, ke dalam tangannya. Ia berbicara kepadanya dalam bahasa yang hanya ikan dapat mengerti, “Kamu ikan yang bodoh! Jika aku tidak bertemu denganmu hari ini, kamu pasti telah mendapatkan dirimu sendiri terbunuh. Nafsu keinginanmu yang membuta membawamu melanjutkan penderitaan. Mulai sekarang, jangan biarkan dirimu terjerat oleh nafsu-nafsu keinginanmu sendiri!”

Lalu ikan itu menyadari bahwa betapa beruntungnya ia telah menemukan seorang teman semacam itu. Ia berterima kasih kepada si penasihat atas nasihatnya yang bijaksana. Penasihat tersebut melepaskan kembali ikan yang beruntung itu ke dalam sungai dan melanjutkan perjalanannya.

Pesan Moral : Orang dungu terjerat oleh nafsu keinginannya sendiri.

 

Diterjemahkan oleh Ika Pritami, Editor Selfy Parkit.

Sumber: Prince Goodspeaker – Buddhist Tales for Young and Old Volume 1, Stories 1-50

Bayi Burung Puyuh Yang Tidak Dapat Terbang (kekuatan kebenaran, Perbuatan baik dan kasih sayang)


Pada suatu ketika, Yang Tercerahkan terlahir sebagai seekor burung puyuh kecil. Walaupun ia memiliki kaki dan sayap yang kecil, ia masih belum bisa berjalan atau pun terbang. Kedua orangtuanya bekerja keras membawakan makanan ke sarang, memberikannya makan dari paruh mereka.

Di belahah dunia itu, sering terjadi kebakaran hutan setiap tahunnya. Kemudian benar saja api mulai muncul pada tahun tertentu itu. Semua burung yang bisa terbang, terbang melarikan diri pada pertanda pertama yaitu asap. Ketika api mulai menyebar, dan semakin mendekat ke sarang bayi burung puyuh, kedua orangtuanya tetap tinggal bersamanya. Akhirnya api pun sudah sangat dekat, dan mereka harus terbang untuk menyelamatkan hidup mereka.

Semua pohon,  besar dan kecil, terbakar dan patah dengan suara yang keras. Burung puyuh kecil menyaksikan bahwa semuanya sedang dihancurkan oleh api yang mengamuk di luar kendali. Ia tidak dapat melakukan apa pun untuk menyelamatkan dirinya. Pada saat itu, pikirannya diliputi oleh perasaan tidak berdaya.

Kemudian terlintas dalam benaknya, “Orangtuaku sangat menyayangiku. Dengan tanpa keegoisan mereka membangun sebuah sarang untukku, dan kemudian mereka memberiku makan tanpa rasa tamak. Ketika api datang pun, mereka tetap tinggal bersamaku hingga saat terakhir. Sementara semua burung lainnya yang dapat terbang, telah terbang jauh sebelumnya.

“Begitu besar cinta kasih yang dimiliki oleh orangtuaku, mereka tetap tinggal dan mengambil resiko hidup mereka sendiri, tetapi mereka masih tetap tidak berdaya untuk menyelamatkan aku. Karena mereka tidak dapat membawa serta aku, mereka terpaksa untuk terbang sendiri. Aku berterima kasih kepada mereka, di mana pun mereka berada, karena begitu mencintaiku. Aku berharap dengan setulus hati, mereka akan dapat selamat, hidup sehat dan bahagia.

“Sekarang aku sepenuhnya sendirian. Tidak ada seseorang pun yang dapat aku mintai pertolongan. Aku punya sayap-sayap, tetapi aku tidak bisa terbang jauh. Aku punya kaki-kaki, tetapi aku tidak bisa berlari. Tetapi aku masih dapat berpikir. Semua yang tersisa untuk aku pergunakan adalah pikiranku – pikiran yang tetap bersih. Satu-satunya makhluk yang telah aku ketahui di dalam hidupku yang singkat ini adalah kedua orangtuaku, dan pikiranku telah dipenuhi dengan cinta kasih terhadap mereka. Aku belum pernah melakukan hal yang tidak baik terhadap siapa pun. Aku dipenuhi dengan kebenaran kelahiran baru yang murni.”

Lalu sebuah keajaiban yang menakjubkan terjadi. Kebenaran yang murni ini tumbuh dan tumbuh menjadi lebih besar daripada bayi burung puyuh. Pengetahuan akan kebenaran menyebar melewati satu kehidupan itu, dan banyak kelahiran sebelumnya menjadi diketahui. Satu kelahiran sebelumnya telah menuntun untuk mengetahui tentang Buddha, seorang yang sempurna tercerahkan pengetahu Kebenaran – seseorang yang telah memiliki kekuatan dari Kebenaran, kemurnian dari perbuatan kebajikan dan tujuan akan kasih sayang.

Kemudian manusia luar biasa yang berada di dalam burung puyuh kecil berpikir, “Semoga kebenaran murni yang sangat kecil ini bersatu dengan kesucian dari kebajikan sebelumnya dan kekuatan dari kebenaran. Semoga semua burung dan mahluk lainnya yang masih terperangkap dalam api, diselamatkan. Dan semoga tempat ini bebas dari kobaran api selama jutaan tahun!”

Dan demikian menjadi kenyataan.

Pesan Moral : Kebenaran, Perbuatan Kebajikan dan kasih sayang dapat menyelamatkan dunia.

Diterjemahkan oleh Ika Pritami dan Cristina Kimberly Howard, Editor Selfy Parkit

 

Sumber: Prince Goodspeaker – Buddhist Tales for Young and Old Volume 1, Stories 1-50

Happy All The Time


Renungan Singkat Untuk Harian

Image

Aku bersyukur karena hari ini aku masih dapat melewati kembali kehidupanku di dunia,

Masih dapat bernafas dengan sehat,

Masih dapat makan dengan layak,

Masih dapat bertemu keluarga dan orang-orang yang kusayangi,

Masih dapat berbuat baik dan hal yang bermanfaat serta berguna untuk orang lain,

Besok Aku akan lebih baik lagi berusaha dan berjuang dalam hidup ini,

Mengusahakan yang terbaik untuk diri sendiri dan makhluk lain,

Apapun yang terjadi akan Aku hadapi dengan kesabaran, penuh cinta dan kasih sayang

Semoga semua makhluk berbahagia.

Belajar bersyukur

Suara merdu yang kita lantunkan setiap hari ini, tidak dimiliki oleh mereka yang bisu.

Indahnya warna-warni dunia yang kita lihat dan nikmati ini,

tidak dapat dirasakan oleh mereka yang buta

Langkah dan larian kecil kaki-kaki kita ini, tak dapat ditiru oleh mereka yang lumpuh.

Perut ini kenyang, mereka di sana kelaparan…

Tubuh ini hangat, mereka kedinginan…

Masihkah kita mengeluhkan hidup kita saat ini?

Sementara yang lain tak dapat berbicara, buta, lumpuh, kelaparan dan kedinginan tanpa tempat tinggal.

Sumber : Selfyparkit.wordpress.com

Meditasi Buddhis Sudut Pandang Sains


Oleh: Willy Yandi Wijaya

Meditasi merupakan salah satu metode untuk peningkatan kesadaran kita dalam kehidupan sehari-hari. Saat ini kita dapat dengan mudah menemukan tempat yang menawarkan macam-macam meditasi dari berbagai latar belakang spiritual atau hanya sekedar sebagai sebuah terapi penyembuhan. Meditasi telah menjadi sangat tidak asing lagi di telinga kita sampai-sampai sebagai buddhis, kita menjadi heran dengan banyaknya meditasi yang menyatakan sebagai yang terbaik—secara spiritual ataupun sebagai terapi penyembuhan.

Meditasi berhubungan dengan peningkatan kesadaran, emosi, dan kemampuan otak. Meditasi dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu meditasi konsentrasi dan meditasi kesadaran. Meditasi konsentrasi adalah suatu cara mengarahkan pikiran agar berkonsentrasi hanya pada suatu objek tunggal. Sedangkan meditasi kesadaran adalah meditasi yang selalu sadar untuk menyadari apa yang sedang dilakukan pikiran, namun tidak berkonsentrasi pada suatu objek yang sedang dipikirkan. MeditasiSamatha dan Samadhi dalam buddhisme tibet termasuk kategori meditasi konsentrasi. Sedangkan meditasi vipassana dan meditasi kekosongan dalam Zen bisa dikategorikan sebagai meditasi kesadaran.

Mekanisme kerja otak manusia sangat rumit dan sampai saat ini masih diselidiki para ilmuwan, terutama mengenai kesadaran manusia. Otak manusia setiap saat bekerja dan para ilmuwan menggunakan EEG (electroenchepalogram) untuk mengukurnya dan disebut sebagai gelombang otak. Para ahli tersebut mengategorikan gelombang otak yang terukur melalui EEG menjadi 4 jenis, yaitu gelombang delta (lebih kecil 4 Hz), gelombang theta (4-7 Hz), gelombang alfa (8-13 Hz), dan gelombang beta (lebih besar dari 14 Hz). Gelombang alfa adalah gelombang yang terukur ketika seseorang dalam keadaan biasa, santai dan tidak berpikir hal-hal yang rumit. Sedangkan gelombang beta adalah gelombang yang muncul ketika seseorang memecahkan hal-hal kompleks seperti menyelesaikan soal matematika.

Gelombang alfa sangat teratur yang muncul ketika seseorang sedang tenang atau dalam keadaan santai. Gelombang alfa tidak ditemukan pada seseorang yang sedang cemas atau gelisah. Dari penelitian ilmuwan, seseorang yang sedang meditasi berada dalam gelombang alfa. Artinya bahwa seseorang yang sering melatih meditasinya, akan mudah menenangkan dirinya ketika ada respon yang akan membuatnya cemas atau gelisah. Pada beberapa meditator juga ditemukan gelombang theta yang biasanya terukur hanya pada saat awal-awal tidur sebelum otak menuju gelombang delta yang sangat tenang yang muncul ketika tidur nyenyak. Jadi bisa dikatakan bahwa semakin dalam seseorang bermeditasi, gelombang yang terukur di otaknya akan semakin rendah atau menuju keadaan istirahat (seperti dalam tidur), walau sadar sepenuhnya. Seseorang yang semakin sering bermeditasi juga mendapatkan manfaat langsung ketika ia tidak dalam keadaan meditasi. Ia biasanya terlihat lebih tenang dan hal tersebut dibuktikan dalam penelitian yang dilakukan ilmuwan. Ritme gelombang alfa semakin meningkat dan teratur yang berarti keadaan tersebut sangat mirip dengan keadaan ketika meditasi yang tenang walaupun tidak sedang meditasi.Image

Meditasi seorang meditator menjadi sangat tenang namun yang terjadi adalah ia tetap sadar. Berbeda dengan ketika seseorang santai atau ketika tidur, walaupun aktivitas otak yang terukur dalam gelombang otaknya sama, meditasi menunjukkan bahwa aktivitas otak sangat minim namun sangat sadar. Dengan kata lain, energi yang dikeluarkan untuk aktivitas otak menjadi sedikit sehingga secara tidak langsung membuat seseorang tidak mudah cepat lapar karena kehabisan suplai energi ke otak (otak banyak mengabiskan energi yang seseorang dapatkan dari makan—selain olahraga). Penelitian juga membuktikan adanya peningkatan ketahanan kulit atau makin meningkatnya sensitivitas kulit, tergantung jenis meditasi yang dilakukan. Begitu pula dengan sistem pernapasan dan sistem kardiovaskular (kecepatan denyut jantung) yang diteliti oleh para ahli menunjukkan penurunan konsumsi oksigen dan pelambatan aliran darah yang dipompa oleh jantung karena penurunan denyut jantung.

Penelitian-penelitian tersebut membuka kemungkinan lain bagi meditasi buddhis yang saat ini mulai banyak dimanfaatkan bukan hanya sebagai pelatihan spiritual namun juga pengembangan mental dan fisik. Di Barat telah banyak ditawarkan penyembuhan mental karena stres, depresi, kecemasan sampai pengalaman trauma. Meditasi Samatha dapat digunakan dalam membantu seseorang untuk melatih dirinya terhindar dari gangguan stres dan kecemasan. Begitu pula dengan meditasi kekosongan Zen atau vipassana dapat digunakan sebagai peningkatan respon kesadaran dan dampak secara tidak langsungnya dapat meningkatkan kekebalan tubuh dan akan terhindar dari penyakit. Meditasi buddhis dapat kita manfaatkan sebagai penyembuhan mental selain pengembangan spiritual.

Telah tiba saatnya umat buddhis lebih berperan aktif dalam pengembangan penyembuhan melalui meditasi (terutama spiritual, stres, cemas dan depresi) demi pengembangan cinta kasih dan welas asih. Pelatihan meditasi bisa dilakukan di wihara-wihara buddhis se-Indonesia dengan membentuk kelompok meditasi bersama yang rutin. Dengan demikian meditasi buddhis akan menjadi sebuah daya tarik, sebuah awal untuk mengenalkan ajaran Buddha secara universal.

Referensi

Campbell, Neil A. , Jane B. Reece, Lawrence G. Mitchell. 2004. Biologi, jilid 3 edisi kelima. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Khantipalo, Bhikkhu. 2008. Nasihat Praktis bagi Meditator. Yogyakarta: Penerbit KAMADHIS UGM.

Shafii, Mohammad. 2004. Psikoanalisis dan Sufisme. Yogyakarta: Campus Press

Silva, Lily de. 2008. Nibbana, Sebagai Suatu Pengalaman Hidup. Yogyakarta: KAMADHIS UGM.

Blog Willy Yandi :http://willyyandi.wordpress.com/tag/sains/

 

LIMA JARI TANGAN



Lima jari tangan mengadakan pertemuan dengan tujuan memutuskan siapakah sesungguhnya di antara mereka yang paling unggul.
Pertama-tama, jempol tangan dengan bangganya berkata: “Asalkan saya mengacungkan jempol, berarti menandakan bahwa sayalah yang paling unggul!”
Jari telunjuk dengan gusarnya membantah dan berkata: “Setiap kali ingin makan, selalu menggunakan telunjuk untuk mencolek dan mencicipinya. Tanpa dapat mencicipi makanan dan makan, semuanya tidak bisa hidup. Oleh karena itu, sayalah yang paling unggul.”
Jari tengah juga tidak mau kalah dan berkata: “Diantara kita, sudah pasti sayalah yang paling tinggi dan panjang. Oleh karena itu, anda semua harus mendengarkan perintah saya!”
Jari manis dengan tenangnya berkata: “Setiap kali upacara pernikahan, cincin kawin selalu dikenakan pada saya. Demikian pula segala macam cincin perhiasan yang bagus dan mahal selalu dikenakan pada saya! Bagaimana anda dapat menyamakan diri dengan saya?”
Keempat jari masing-masing membanggakan diri, namun hanya jari kelingking yang berdiam diri. Keempat jari tersebut kemudian dengan perasaan heran berkata: “Kenapa kamu berdiam
diri?”
Jari kelingking dengan rendah hatinya berkata: “Saya adalah yang paling kecil dan paling akhir, bagaimana mungkin saya dapat menyamakan diri dengan anda sekalian?”
Pada waktu keempat jari merasa senang sekali mendengar ucapan tersebut, jari kelingking melanjutkan: “Tetapi pada waktu memberikan salam dan hormat (anjali – bersikap hormat dengan merangkapkan kedua tangan di dada) kepada Sang Buddha dan orang bijaksana lainnya; sayalah yang paling depan dan dekat dengan mereka!”
Di dalam masyarakat kita sering menjumpai orang-orang yang menganggap dirinya paling unggul. Orang yang benar-benar unggul bukanlah diukur dengan kedudukan, nama besar dan lain sebagainya. Orang yang benar-benar unggul adalah orang yang dapat menghormati orang lain dan dapat mengerti keadaan orang lain.
Bila seseorang dapat menerima dan memaklumi keadaan suatu keluarga, maka dialah yang patut disebut sebagai kepala keluarga. Demikian pula bila seseorang dapat menerima masyarakat, jagat raya, maka hatinya akan semakin lapang dan dapat bersatu dengan kebenaran Dharma, dia adalah seorang pemimpin besar.
Di dunia ini, sesuatu yang terhormat dan agung haruslah tumbuh dari ketulusan hati!

Sumber : Buku I Zhe Lu Hwa Liang Yang Ching
Oleh : Maha Bhiksu Shing Yun
Penyadur : Tan Chau Min

Sandal Jepit yang Positif


Image

Penulis menuliskan hal tersebut bukanlah dengan maksud untuk membenarkan ataupun menyalahkan pemakaian sandal jepit pada saat acara-acara resmi, yang memang terkadang memberi aturan bagi para pengunjungnya untuk tidak memakai sandal jepit. Memang ada kalanya aturan itu dibuat agar acara tersebut lebih terlihat profesional dan benar-benar resmi. Akan tetapi, aturan tersebut berdampak seolah-olah orang yang berpenampilan tidak rapih atau pemakai sandal jepit adalah tidak sopan. Namun, itu semua kembali lagi tergantung dari cara pandang dan penilaian masing-masing individu. Cara Buddha sendiri dalam memberikan aturan tidak pernah memakai larangan atau tidak diperbolehkan, tetapi lebih cenderung mengutarakan sebab dan akibatnya. Ini berarti dijalankan atau tidak itu semua adalah keputusan dari individu itu sendiri, hasil atau akibat dialah yang akan menanggungnya. Namun tidaklah baik jika kita berpikiran negatif terhadap orang yang melanggar aturan. Sudah pernah dengar cerita tentang tentang seorang bhikkhu yang melanggar aturan/winaya, karena telah menggendong seorang perempuan guna menyelamatkan/menolong perempuan tersebut menyeberang sungai? Kalau kita melihat si bhikkhu dari sisi pelanggaran winayanya karena telah menggendong seorang perempuan, tentunya kita akan berpikiran negatif terhadap si bhikkhu. tetapi, kalau kita melihat maksud dan tujuan dari si bhikkhu yang menggendong perempuan tersebut, yang tak lain adalah untuk menolong dan menyelamatkan nyawa si perempuan. Tentunya pikiran positiflah yang akan muncul. Seperti halnya pula ketika kita melihat orang yang memakai sandal jepit dalam acara resmi yang tidak memperbolehkan pakai sandal jepit. Dari segi aturannya tentu kita akan berpikiran negatif, menyalahkan atau bahkan mungkin tidak memperbolehkan orang tersebut masuk. Namun jika kita melihat fungsi dan kegunaan dari alas kaki itu sendiri serta lebih menghargai niat dan maksud baik orang itu, tentunya kita tidak akan merasa terganggu oleh masalah tersebut, karena pikiran positif lah yang sedang berkembang di dalam diri kita.

Akan tetapi memang kita juga tidak bisa memungkiri sistem dan aturan serta kebudayaan di dunia, mau tidak mau untuk bertahan hidup manusia harus mengikuti aturan yang ada. Seperti pribahasa mengatakan, ‘Di mana bumi dipijak di situ langit dijunjung’. Namun dengan begitu jangan sampai pikiran kita dipengaruhi hanya karena penampilan seseorang. Ada satu cerita lagi yang juga dapat memberikan inspirasi bagi kita, bahwa penampilan bukanlah segalanya. Apakah Anda pernah membaca atau mendengar cerita tentang seorang anak yang merengek minta dibelikan sepasang sepatu baru oleh ibunya? Namun apa yang terjadi, ketika si anak tidak henti-hentinya merengek, si anak melihat seseorang tanpa kedua kakinya. seketika itu keinginannya pun untuk membeli sepasang sepatu baru terhempas dan si anak terdiam. Dengan demikian, apalah arti sepasang sandal jepit???

Sumber : Selfyparkit.wordpress.com

Desa Hati


Image

Di sebuah desa terpencil yang bernama desa Hati, tinggallah tiga orang sahabat yang bernama Tulus, Cinta dan Teman. Tulus dan Cinta adalah saudara kandung, mereka selalu bersama-sama dalam melakukan segala hal, di mana pun Cinta berada Tulus akan selalu ada bersamanya. Namun begitu kadang kedua gadis ini pun berselisih, perihal sikap Cinta yang sedikit egois dan selalu ingin menikmati kesenangannya sendirian saja tanpa tulus. Apalagi kalau Cinta sudah jalan bareng dengan Teman, kadang-kadang Tulus tidak diajaknya pergi dan dibiarkan sendirian di rumah. Walaupun Tulus sedih, tapi hati Tulus selalu berusaha mengerti Cinta, karena Tulus sangat menyayangi saudari kembarnya itu.

Cinta dan Teman sudah lama mengenal satu sama lain dan memang tak heran kalau Cinta dan Teman menjadi sering jalan bareng, karena sepertinya mereka sama-sama saling menaruh hati. Namun walaupun begitu Teman, Tulus dan Cinta masih suka jalan bareng dan bersenda gurau bersama. Ya.. mereka bertiga terlihat akrab, tapi itu sebulan yang lalu sebelum hari valentine tiba, hari jadian Cinta dan Teman. Kini setiap akhir pekan Cinta dan Teman menjadi sering pergi berdua, sedangkan Tulus harus terpaksa menunggu di rumah. Namun walaupun begitu Tulus selalu bahagia, karena merasa saudarinya mendapatkan seseorang yang baik dan mencintainya. Cinta pun rupanya bahagia bisa selalu saling berbagi dengan Teman. Tapi Cinta yang sedikit egois kadang selalu menuntut lebih dari Teman. Cinta tidak suka kalau waktu Teman lebih banyak dihabiskan dengan sahabatnya Senang yang sering mengajaknya main games, daripada menghabiskan waktu untuk bersama dengannya. Bukan hanya itu saja, lama kelamaan Cinta juga mulai merasa cemburu dengan kedekatan Gadis yang merupakan adik kelasnya Teman. Karena hal-hal sepele itulah kadang mereka sering berselisih paham. Tulus sering sekali menasihati Cinta untuk lebih pengertian dan tidak egois. Namun Cinta yang semakin gusar malah marah-marah karena merasa dirinya benar, dan merasa tidak diperhatikan oleh Teman. Tulus hanya diam dan berpikir mencari cara untuk menyatukan mereka kembali.

Hari itu hubungan Cinta dan Teman sedang di ujung tanduk, apalagi Teman sudah lama melupakan kebahagiaannya dengan Cinta dan merasa lebih asik bermain dengan Gadis dan sahabatnya Senang. Tulus yang merasa iba dengan keadaan tersebut menyapa saudarinya dan berkata, “Kalalu kau sedih mengapa kau tidak telepon saja si Teman dan minta maaf kepadanya.”    “Biarkan saja dulu, Aku ingin melihat sejauh mana ia menyayangiku.” Jawab Cinta dengan sedih namun agak ketus. “Tapi kau sudah hampir tiga hari tidak memberi kabar dan menghubunginya, apalagi mengangkat telepon darinya. Apakah kau tidak kasihan kalau-kalau ia menghawatirkanmu?” “Biar saja sampai ia datang ke rumah dan meminta maaf. Bukannya bagus semakin dia mengkhawatirkanku, semakin dia memikirkan aku kan!” seru Cinta yang wajahnya tiba-tiba berseri-seri merasa bangga.” Tulus pun menghela nafas sambil berkata, “Semakin Teman memikirkan mu yang seperti ini, akan semakin tidak nyamanlah ia bersama dengan dirimu,..”  “..dan jika sudah begitu, maka akan semakin inginlah ia melupakanmu.” Seru Tulus sambil kembali ke kamarnya, merasa sudah tidak dapat membujuk saudarinya.

Keesokan harinya, Cinta yang sambil menangis tersedu-sedu datang menghampiri Tulus, “Teman memutuskan aku Tulus”, isak Cinta. “Mengapa hal itu bisa terjadi?”, tanya Tulus sambil mengusap air mata saudarinya. “Setelah semalaman memikirkan perkataanmu, akhirnya aku sadar dan merasa menyesal, lalu memutuskan untuk menemui Teman. Awalnya aku ingin meminta maaf, tapi setelah melihat Teman yang sedang berjalan berdua dengan Gadis, aku jadi cemburu dan marah-marah..”, ucap Cinta dengan nada yang menyesal, sambil terisak dan melanjutkan perkataannya, “Seketika itu saja tanpa penjelasan lagi Teman langsung memutuskan aku.” “Aku tak percaya kalau Teman setega itu. Lalu kenapa pula kau begitu mudahnya cemburu dan marah-marah, tanpa bertanya terlebih dahulu dengan baik-baik!..” Seru Tulus sedikit gerang, “Tapi jikalau ternyata Teman memang akhirnya ada hubungan dengan Gadis, maka mau tak mau kalau kau sayang dengan Teman, maka kau harus mengikhlaskannya.” Mendengarkan perkataan saudarinya, seketika tangisan Cinta semakin memecah. “Sudah, sudahlah aku akan menelepon Teman dan berbicara padanya.”, diambilnya ponsel yang ada di saku Jean, Tulus mulai mendengarkan nada sambung di telinganya. Tut…tut… dijawablah panggilan tersebut. “Halo Tulus, kau pasti ingin menanyakan perihal putusnya aku dengan Cinta, kau pasti sudah tahu ceritanya kan!”, seru Teman dengan mantap. “Iya, mengapa bisa terjadi? Aku tau kau mungkin merasa tidak suka dengan perlakuan Cinta, tapi kau seharusnya memberikan penjelasan kepadanya.” “Aku sudah sering sekali memberikan pengertian kepadanya, tapi kadang Cinta terlalu egois dan tidak mau mendengarkan.” “Kalau kau menyayanginya, seharusnya kau tidak pernah lelah untuk membuat Cinta mengerti.” “Tapi aku masih manusia yang kadang tidak akan tahan dengan perlakuan Cinta!”,seru Teman dengan nada yang sedikit putus asa. “Aku mengerti, tetapi bagaimanapun Aku, Cinta dan Kamu pernah menjadi sahabat kan! Walaupun aku tak mempercayainya, sekarang katakan dengan jujur, apakah kau memutuskan Cinta karena hubunganmu dengan Gadis?”, tanya Tulus tegas. “Sejujurnya aku menyayangi Cinta dan tak mau kehilangan dirinya. Namun semenjak tak ada kau di sisi kami, aku merasa hubunganku dengan Cinta sering berselisih paham.” Teman diam sejenak, dengan nada pelan ia melanjutkan, “Jikalau aku kembali dengan Cinta, maukah kau kembali bersama kami dan tidak meninggalkan kami, karena bersamamulah kami bisa saling mengerti.” “Aku tak pernah meninggalkan kalian, kalianlah yang meninggalkan aku. Sekarang datanglah ke rumah dan saling minta maaflah kalian”, seru Tulus sambil mengakhiri pembicaraan dan merasa bahagia. Teman pun akhirnya datang menemui Cinta. Mereka saling meminta maaf dan mengutarakan isi hati.

Mulai saat itu, kemana pun Cinta dan Teman pergi, Tulus akan selalu menyertainya. Namun kali ini Tulus tidak akan merasa sendiri lagi, karena ada Senang yang selalu ikut menemaninya. Cinta, Teman, Tulus dan Senang, akhirnya bisa hidup bahagia sampai mereka menikah dan beranak cucu di desa Hati.

By Selfy Parkit

Sumber: Selfyparkit.wordpress.com

Ilusi Kebahagiaan


 

Sejauh mata memandang hanya terlihat hamparan lautan dengan lekungan ujung bibir

bumi yg kelihatan tipis..

Dunia terlihat begitu sempit dan menjemukan..

Tapi tak sebegitu menjemukannya kala sang mentari mulai muncul ke permukaan dan

perahu-perahu nelayan terlihat berhamparan di depannya..

Mata ini bagaikan kaki kanan yg memberi sinyal kehidupan bagi Sang pikiran..,

Namun hanya sebatas pengelihatan..

Ya hanya sebatas gambaran mata..

Begitulah nikmat ilusi yg terus-menurus masuk memenuhi gudang data dalam Sang Pikiran…

Semakin indah, semakin mengasikan dan mengiurkan..

 

Terlebih lagi jika ditambahkan dengan Alunan desiran ombak yg bersenandung..

Memecah keheningan menambahkan riang bunyi kicauan burung bangau yg sedang mencari makan..

Indah..

Brrr…Desiran angin laut tak henti-hentinya membelai rambut dan menyentuh kulit..

Menemani santap pagi yang beraneka rasa…

Mengagumkan.. Sang pikiran pun terpuaskan oleh bentuk dunia yg begitu sempitnya..

Image

Sumber : Selfyparkit.wordpsess.com

Lingkaran


Lingkaran itu terlihat begitu nyata..
Ku Tak percaya, namun tak mampu mengingkarinya..
Ia menarikku ke dalamnya
Memaksaku untuk masuk, dan ku terbuai dlm rayuannya..
Lingkaran itu kadang memperdayaku..
Namun kadang mengajariku kelembutan..
Lingkaran…
Hati ini masih goyah..
Hati ini masih rentan..
Hati ini mudah terpedaya..
Hati ini kekeringan..
Hati ini kosong kerontang…
Karena kau lingkaran.. Kau tak pernah mampu mengisinya..
Kau begitu hampa.. Kau selalu berputar..
Kau tak pernah pasti..
Kau tak pernah tetap memutuskan..
Kau berdiri di sana, atas kemauanmu walau tak ada yg memintamu…
Namun, Lingkaran…
Hati ini butuh kepastian…
Hati ini butuh ketetapan…
Hati ini butuh kekekalan…
Hati ini butuh terisikan…
Oh.. Lingkaran..
Lihat…
Begitu bodohnya si hati…
Begitu tak berdayanya si hati…
Begitu kasihannya si hati…
Karena kau pun tahu.. Kau takkan pernah dapat memenuhinya…
Kau takkan pernah bisa pasti…
Kau takkan pernah bisa tetap…
Kau takkan pernah bisa kekal…
Bagaimana kau mampu mengisinya slalu??
Begitulah si Hati yg akan terus tak puas dan tersakiti…
Tak henti, selalu tertutupi oleh debu warna-warni nan indah…
Iya.. Lingkaran..
Aku paham kau tak perlu memberitahuku..
Lihat akan betapa sombongnya aku jadinya..
Kutunjukan Betapa beraninya aku menantangmu…
Tapi aku bodoh lingkaran.. Aku terlalu bodoh..
Aku memaksakan hal yg tak mungkin..
Memaksakan yg belum pasti..
Memaksakan kekekalan…
Oh.. Lingkaran bisakah aku yg mengisimu dengan kasih…
Dengan cinta…
Dengan perhatian…
Dengan kelembutan…
Dengan ketulusan…
Dengan kesetiaan…
Dengan perhatian…
Dan dengan kebaikan setiap harinya…
Oh.. Lingkaran.. Dengan begitu mulai hari ini bisakah ku pinta padamu??
Hanya Satu hal saja pada dirimu…
Berikanlah saja tawa dan senyumanmu kepadaku dan Hatiku…
Itu sudah cukup membuatku Bahagia.. Lingkaran…

Image

Sampingan

Previous Older Entries

Jangan di klik

Powered By Widi Corporation

Bisnis Online